Monday, March 21, 2011

JUDUL JADUL


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar  Belakang
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Mulyasa, 2007:13). Sejalan dengan tujuan tersebut, kimia merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang dipelajari pada pendidikan menengah atas mempunyai tujuan meningkatkan kecerdasan dalam berfikir logis, pengetahuan tentang kimia, keterampilan, dan juga merupakan syarat untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Ilmu kimia memegang peranan penting dalam kehidupan. Setiap bidang kehidupan tidak terlepas dari aspek kimia. Tidak seperti ilmu alam yang lain yang pada umumnya mempelajari konsep yang konkret, ilmu kimia mempelajari beberapa konsep abstrak. Hal ini menyebabkan siswa kurang tertarik mempelajari kimia yang akhirnya mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru di dalamnya. Oleh karena itu, guru sebagai pengelola pembelajaran  dituntut mampu mencari usaha yang dapat membangkitkan minat dan semangat belajar siswa. Hamalik (1990:33) menyatakan “Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses pembelajaran”. Penggunaan media yang cocok, dan  metoda yang sesuai, serta pendekatan yang tepat merupakan faktor penting yang harus dilakukan guru.
Namun demikian, betapapun hebatnya  seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran apabila tidak diiringi oleh motivasi yang kuat oleh siswa, maka tujuan pembelajaran juga tidak akan tercapai. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, seorang guru harus memilih cara yang tepat dalam pengajaran.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan peggunaan LKS dan pemberian tes formatif (kuis) setiap akhir pertemuan. LKS akan membantu siswa memahami materi kimia untuk memecahkan masalah dari soal yang diberikan, sedangkan kuis merupakan umpan balik yang bisa mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Sardiman (2003:93) mengatakan bahwa “Siswa akan giat belajar jika mereka mengetahui akan ada ulangan”.
Rita (2008) melakukan penelitian penggunaan LKS dan kuis pada pokok bahasan koloid. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan LKS dan kuis dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa dan Pemberian Tes Formatif (Kuis) pada Pokok Bahasan Hidrokarbon terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa di Kelas X SMAN 4 Bukittinggi”.
B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu:
1.    Motivasi belajar siswa rendah.
2.    Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
3.    Kemauan siswa belajar masih tergantung pada guru.
C.      Rumusan Masalah
Berpedoman kepada latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah terdapat pengaruh yang berarti penggunaan lembar kerja siswa dan pemberian tes formatif (kuis)  terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan hidrokarbon di kelas X SMAN 4 Bukittinggi?”.
D.      Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti lebih terarah dan mencapai tujuan, maka penulis membatasi ruang lingkup masalah, yaitu:
1.         Lembar Kerja Siswa yang digunakan adalah LKS yang  digunakan siswa di sekolah.
2.         Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui tes terhadap aspek kognitif pada akhir pokok bahasan, yaitu dengan mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan yang diteliti.
E.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan lembar kerja siswa dan pemberian tes formatif (kuis) terhadap hasil belajar kimia siswa di kelas X SMAN 4 Bukittinggi.
F.       Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1.    Bagi peneliti sebagai calon guru agar nantinya dapat menerapkan metode mengajar yang efektif dalam pembelajaran.
2.    Pedoman bagi guru kimia memilih dan mempersiapkan alternatif model pembelajaran yang dapat mengasah kreatifitas dan aktifitas siswadalam proses pembelajaran.


BAB II
KERANGKA TEORITIS
A.      Kajian Teori
1.      Belajar dan Mengajar
Slameto (2003:2) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Sehingga setelah setelah melalui proses belajar diharapkan adanya perubahan hasil belajar dan juga perubahan tingkah laku pada diri siswa. Sedangkan mengajar menurut Gulo (2002:8) adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Oleh karena itu, belajar dan mengajar ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Sardiman dkk (2005:2) mengemukakan bahwa :
”Belajar adalah suatu proses yang komplek, yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)”.
Hamalik (2006:30) menyatakan “Bila seseorang telah belajar, akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Selain itu, Lufri (2007:11) menyatakan bahwa “Belajar dapat dirumuskan dalam tiga pengertian penting. Pertama, belajar sebagai modifikasi atau peneguhan perilaku melalui pengalaman (learning as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Kedua, belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu yang terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. Ketiga, belajar merupakan perpaduan kedua pengertian di atas, yaitu merupakan suatu proses atau aktivitas individu dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya sehingga terjadi pengalaman belajar”.
Pelaksanaan kegiatan belajar di sekolah tentu difasilitasi oleh guru sebagai tenaga pengajar. Guru selain mengajar juga harus mendidik siswanya. Rita (2008:6) menyatakan bahwa “ Mendidik adalah suatu usaha untuk memberikan tuntunan kepada siswa dan mengantarkan siswa kearah kedewasaan baik secara jasmani, maupun rohani”. Kegiatan mendidik ini terjadi dalam proses belajar mengajar yang tujuannya adalah untuk membelajarkan siswa, karena belajar adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang dilakukan secara sengaja dan merupakan proses dasar dari perkembangan manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.
Slameto (2003:8) mengemukakan bahwa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
1.      Perubahan terjadi secara sadar.
2.      Perubahan dalam belajar bersifat kontiniu dan fungsional.
3.      Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5.      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa proses belajar akan membawa perubahan pada diri seseorang karena adanya interaksi dengan lingkungan, latihan serta pengalaman sehingga menghasilkan kecakapan baru karena adanya usaha yang dilakukan.
2.      Media Pengajaran
Ellizar (1996:115) mengemukakan bahwa setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, yang meliputi:
1.      Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2.      Media sebagai alat komunikasi untuk mengefektifkan proses belajar mengajar.
3.      Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan.
4.      Memilih dan menggunakan media pendidikan.
5.      Mengenal berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan.
6.      Usaha inovasi dalam media pendidikan.
Keterampilan guru dalam merancang media pendidikan dan mengimplementasikannya dalam pengajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Lufri (2007:123) menyatakan bahwa “ Tanpa media, penyajian materi pelajaran menjadi kurang menarik, bahkan materi menjadi sulit dipahami dan membosankan”.
Gagne dalam Sadiman (2005:6) menyatakan bahwa “ Media adalah berbagai komponen dalam lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar”. Bruner dalam Prayitno (1989:119) juga menyatakan bahwa “ Media pengajaran akan memberikan pengalaman konkret yang memudahkan siswa belajar yaitu dalam mencapai penguasaan”. Selain itu, Winkel (1999:285) mengatakan bahwa “Media pengajaran adalah suatu sarana non personal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan instruksional”. Sedangkan Gerlach dan Ely dalam Azhar (1997:3) menyatakan bahwa “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Ellizar (1996:116) menyatakan bahwa “Apa saja yang dapat menyalurkan informasi ke penerima informasi disebut media”.
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu media yang efektif yang dapat memudahkan siswa menerima informasi terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
3.      Lembar Kerja Siswa (LKS)
Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat penting . Salah satu cara efektif yang dapat digunakan adalah dengan pemberian lembar kerja siswa (LKS). Pada dasarnya, lembar kerja siswa (LKS) berfungsi sebagai pemandu cara belajar siswa secara individual dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan LKS, siswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang menjurus kearah memperoleh kemampuan mendasar seperti yang dituntut dalam penerapan keterampilan proses, serta mereka dapat melibatkan dirinya secara aktif dan efektif dalam meningkatkan hasil belajarnya.
Depdikbud dalam Husna (2006:14) mengemukakan bahwa “LKS adalah lembar kerja siswa yang berasal dari terjemahan student work sheet merupakan suatu lembaran (bukan buku-buku) yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogram”. Sedangkan menurut instruktur PKG IPA SMU dikutip Mastono dalam Husna (2006:14) menyatakan bahwa “Lembar kerja siswa adalah lembaran duplikat yang dibagikan guru kepada setiap siswa di suatu kelas untuk melakukan aktivitas mengajar”. Sedangkan dinas pendidikan nasional (2006) menyatakan bahwa “ Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa serta berisi petunjuk atau langkah-langkah menyelesaikan suatu tugas yang diberikan kepada siswa yang dapat berupa teori ataupun praktek”.
Lembar kerja siswa tidak dapat digunakan begitu saja, tetapi sebelumnya materi-materi terkait telah dibahas ataupun dipelajari dalam buku paket siswa ataupun sumber lainnya. Kurniawan (2006:15) mengatakan bahwa “ Mempelajari buku paket yang diiringi dengan penggunaan LKS, dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.
Manfaat penggunaan lembar kerja siswa menurut Rita (2008:11):
1.      Mempermudah dalam melakukan penilaian kegiatan dan hasil belajar siswa.
2.      Jika lembar kerja disusn secara menarik, maka lembar kerja dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Ahmadi dalam Husna (2006:15) menyatakan fungsi LKS dalam kegiatan belajar mengajar adalah:
1.      Mengaktifkan siswa.
2.      Membantu siswa mengembangkan dan menemukan konsep berdasarkan pendeskripsian hasil pengamatan dan data yang diperoleh dari kegiatan eksperimen.

3.      Melatih siswa menemukan konsep melalui pendekatan keterampilan proses.
4.      Membantu siswa dalam memperoleh catatan materi pelajaran yang dipelajari melalui kegiatan yang dilakukan sekolah.
5.      Membantu guru menyusun atau merencanakan kegiatan pembelajaran yang meliputi pemilihan pendekatan dan metode, motivasi belajar, pemilihan media dan evaluasi belajar.

4.      Tes
Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran setelah melakukan kegiatan belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Untuk mengetahui sejauh mana pelajaran dipahami dan dikuasai siswa, guru dapat memberikan kuis atau tes, karena dengan memberikan kuis atau tes, guru dapat mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswanya terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Tes didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan, dimana setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Zainul dalam Ellizar, 1996:138). Sudijono (1998:66-67) mengatakan bahwa “Tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka satu dengan yang lain”. Sudijono juga menyatakan bahwa “Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian”.
Di dalam tes terdapat pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa dan harus dijawab oleh siswa. Suryabrata dalam Toha (2003:43) menyatakan bahwa “Tes adalah pertanyaaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan”.
Toha juga menyatakan bahwa:
“Tes adalah alat untuk pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut, dapat ditentukan tinggi rendahnya skor dalam bentuk kuantitatif selanjutnya dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kualitatif”.
Sedangkan Mudjijo (1990:29) mengatakan bahwa “Tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes kekuatan yang bermaksud mengukur kemampuan siswa yang dites dalam menjawab atau memecahkan pertanyaan atau persoalan sehubungan dengan hal-hal atau materi pelajaran yang telah dipelajari”.
Tes akhir (post test) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan anak terhadap materi yang telah disajikan (Ellizar, 1996:140).  Mudjijo (1990:29) mengatakan bahwa “Tujuan diadakannya tes hasil belajar adalah untuk mengukur sejauh mana para siswa telah menguasai atau mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.
Waktu pelaksanaan dan ruang lingkup materi tes sangat terbatas. Sujono (1988:135) mengatakan:
”Ruang lingkup tes sangat terbatas, hanya meliputi 1 atau 2 topik dan mungkin hanya berlangsung dalam waktu singkat, mungkin 5 atau 10 menit. Tes semacam ini disebut ulangan atau kuis yang seringkali terdiri atas satu pertanyaan atau mungkin beberapa buah pertanyaan sederhana”.
Tes hasil belajar yang telah dil akukan akan mempengaruhi motivasi siswa karena cenderung untuk mampu menguaasai materi tes yang akan di ujikan. Prayitno (1998:123) mengatakan bahwa ” Penilaian yang dilakukan guru, dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, jadi apabila siswa telah termotivasi dalam belajar, baik di rumah ataupun di sekolah , diharapkan nilai yang diperoleh siswa akan lebih baik”.
Nilai yang diperoleh siswa merupakan gambaran dari kemampuan yang dimiliki siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1988:144) ”Tes dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik agar mereka memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung”.
Fungsi tes menurut Sudijono (1998:67) yaitu:
1.      Sebagai alat ukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan inites berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut, akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan telah tercapai.
Tes yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah tes pada akhir sub pokok bahasan atau dikenal juga dengan tes formatif atau kuis dan dilakukan setiap kali pertemuan.
Sudijono (1998:71) mengatakan bahwa “ Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh mana peserta didik telah “terbentuk” (sesuai dengan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu”.
Tujuan diadakannya tes formatif menurut Toha (2003:47) adalah untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar, oleh karena itu, tes formatif juga berfungsi untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Toha juga mengatakan bahwa “Sasaran utama dari tes formatif adalah untuk merangsang agar peserta didik belajar lebih rajin”. Dengan semakin seringnya mengerjakan tes, secara tidak langsung akan terus mengasah kemampuan siswa. Ahmadi (1990) juga mengatakan bahwa “Tes yang sering diadakan akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sebab tes tersebut akan mendorong dan mengharuskan siswa untuk belajar lebih teratur dan lebih tekun”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian tes formatif dapat membuat peserta didik belajar lebih rajin dan terus berusaha untuk memahami dan mengerti materi yang sedang dipelajarinya, sehingga diharapkan akan membuahkan hasil belajar yang memuaskan.
5.      Karakteristik Materi
Hidrokarbon adalah materi kimia yang dipelajari pada kelas X di semester dua. Berdasarkan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), standar kompetensi materi hidrokarbon adalah memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul, sedangkan kompetensi dasarnya  adalah mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa hidrokarbon dan menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubungannya dengan senyawa lain.
Untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran, dirumuskan beberapa indikator yang dapat diamati dan diukur mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Indikator tersebut adalah menjelaskan tentang senyawa hidrokarbon, menjelaskan perbedaan senyawa karbon organic dan karbon anorganik, melakukan pengujian unsur karbon, hydrogen, dan oksigen dalam senyawa karbon, dan menjelaskan kekhasan atom karbon, mengelompokkan senyawa hidrokarbon berdasarkan rantai karbon dan ikatannya, menjelaskan pengertian, rumus umum, tata nama dan isomer senyawa alkana, menjelaskan pengertian, rumus umum, tata nama dan isomer senyawa alkena, menjelaskan pengertian, rumus umum, tata nama dan isomer senyawa alkuna, menjelaskan sifat fisika dan kimia alkana, alkena dan alkuna berdasarkan tabel, menjelaskan sumber dan kegunaan senyawa alkana, alkena, dan alkuna, menuliskan reaksi sederhana pada senyawa alkana, alkena, dan alkuna (reaksi oksidasi, reaks adisi, reaksi substitusi, dan reaksi eliminasi).


B.     Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan berikut:
GURU
PROSES BELAJAR MENGAJAR
GURU
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
HASIL BELAJAR


HASIL BELAJAR MENINGKAT
PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN LKS DAN PEMBERIAN TES FORMATIF
 













Gambar 1. Kerangka Konseptual
                                            

C.    Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMAN 4 Bukittinggi pada pokok bahasan hidrokarbon dengan menerapkan penggunaan lembar kerja siswa (LKS) dan pemberian tes formatif (kuis)”.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen dengan menggunakan randomized control-group only design, Suryabrata (2002:43). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
      Tabel 1. Rancangan Penelitian
Kelas
Perlakuan
Tes akhir
Eksperimen
Kontrol
X
Y
T
T
Sumber : Suryabrata (1998:45)
Keterangan:
X            : Pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja siswa dan pemberian   tes formatif dalam pembelajaran kimia.
Y               : Pembelajaran konvensional.
T               : Tes akhir.
Pada penelitian ini, pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan berupa penggunaan lembar kerja siswa (LKS) dan pemberian kuis pada akhir pertemuan yang berupa essay, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional.
B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 4 Bukittinggi yang terdaftar pada tahun ajaran 2011/2012.
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian dari wakil populasi (Arikunto, 2002:109). Berdasarkan kebutuhan pada penelitian ini, maka diambil 2 kelas untuk sampel, satu kelas eksperimen yang dikenai perlakuan penggunaan lembar kerja siswa dan pemberian tes formatif dan satu kelas kontrol dengan pembelajaran tanpa menggunakan lembar kerja siswa dan tes formatif.
Langkah-langkah pengambilan sampel :
1.      Mengumpulkan nilai ujian semester I siswa kelas X IPA SMAN 4 Bukittinggi.
2.      Uji normalitas dan uji homogenitas populasi terhadap nilai ujian kimia siswa semester I dengan bantuan software minitab.
3.      Tentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai sampel.
C.    Variabel dan Data
1.      Variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penggunaan lembar kerja siswa dan pemberian tes formatif  pada pembelajaran kimia, sedangkan variable bebasnya adalah hasil belajar siswa di kedua kelas sampel pada pembelajaran kimia.
2.      Jenis dan Sumber Data
a.       Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan adalah data primer yaitu data tentang hasil belajar siswa dari aspek kognitif.
b.      Sumber Data
Sumber data berasal dari hasil tes akhir siswa pada pokok bahasan hidrokarbon.
D.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat pengambil data (Rita, 2008:26). Dengan adanya instrument, data yang diinginkan dapat dikumpulkan. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes. Tes hasil belajar yang di ambil adalah tes yang di ambil pada akhir penelitian.
Untuk mendapatkan tes yang baik, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Membuat kisi-kisi soal tes.
b.      Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi soal tes.
c.       Memvalidasi soal tes.
d.      Uji coba soal tes.
Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu di uji cobakan. Uji coba dilakukan untuk menentukan reliabilitas, tingkat kesukaran soal (P) dan daya pembeda item (D) yang digunakan. Uji coba soal dilakukan di kelas yang berbeda.
e.       Analisis soal tes
Untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Daya pembeda
Menurut Prawironegoro (1985:10):
Daya pembeda soal ditentukan dengan mencari indeks pembeda soal. Indeks pembeda soal adalah angka yang menunjukkan perbedaan kelompok tertinggi dan kelompok terendah. Untuk mencari indeks pembeda soal, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
·         Data diurutkan dari nilai tertinggi ke nilai terendah.
·         Ambil 27% dari kelompok tinggi dan 27% dari kelompok rendah.
Rumus untuk menghitung daya pembeda adalah:
Keterangan:                  
D   =   daya pembeda soal
Ba  =   jumlah kelompok atas yang menjawab benar
Bb  =   jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
Ja   =   jumlah peserta kelompok atas
Jb  =   jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar







Tabel 2. Klasifikasi indeks daya pembeda soal
No
Indeks daya pembeda
Klasifikasi
1
2
3
4
5

0,00 – 0,20
0,20 – 0,40
0,40 – 0,60
0,60 – 0,80
0,80 – 1,00
Jelek
Cukup
Baik
Baik sekali
Tidak baik






             
      
    Arikunto (2001:212)
Soal yang diambil adalah soal yang mempunyai indeks daya pembeda dalam rentang 0,20 – 1,00.
2.      Indeks kesukaran soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Oleh karena itu, harus diselidiki tingkat kesukarannya yaitu apakah soal termasuk mudah, sedang, atau sukar. Soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar harus direvisi atau diganti.
Rumus indeks kesukaran menurut Arikunto (2001:207):
Keterangan :
P   : Indeks kesukaran
B   : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js   : Jumlah seluruh siswa peserta tes
           Tabel 3. Klasifikasi indeks kesukaran soal
No
Indeks kesukaran
Klasifikasi
1
2
3
0,00 – 0,30
0,30 – 0,70
0,70 – 1,00
Sukar
Sedang
Mudah
                             Arikunto (2001:207)
Soal yang diambil adalah soal yang indeks kesukarannya berada di antara 0,30 – 0,70.
3.      Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes apabila diteskan pada subjek yang sama, atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Untuk itu, dapat dipakai rumus Kuder Richarson (KR-20) yang dikemukakan oleh Arikunto (1998:254):
Keterangan:
r11   = reliabilitas tes
n    = jumlah butir soal
St2 = varians total
Kriteria:
       : reliabilitas sangat tinggi
                       : reliabilitas tinggi
       : reliabilitas cukup
       : reliabilitas rendah
       : reliabilitas sangat rendah (Slameto, 2001:215)
Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa tes tersebut reliabel.
E.     Prosedur Penelitian
      Prosedur penelitian dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1)         Tahap persiapan
a.       Menentukan jadwal penelitian.
b.      Mempersiapkan surat izin penelitian.
c.       Menentukan sampel penelitian.
d.      Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan soal-soal tes formatif.
e.       Mempersiapkan soal-soal tes yang akan diberikan pada akhir pokok bahasan.
2)      Tahap pelaksanaan
a.       Kelas eksperimen
Kelas eksperimen adalah kelas yang akan dikenai perlakuan penggunaan lembar kerja siswa, serta diberikan kuis pada setiap akhir pertemuan. Adapun tahap-tahap pelaksanaan di kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
1.      Guru menyajikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, serta penggunaan media. Sedangkan siswa menggunakan buku pegangan.
2.      Siswa mengerjakan LKS dengan teman sebangkunya.
3.      Guru membimbing, mengawasi, dan membantu siswa selama kegiatan berlangsung.
4.      Guru melaksanakan pengecekan terhadap diskusi yang telah dilakukan siswa.
5.      Guru memberikan tes formatif kepada siswa tentang materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya.
6.      Guru menutup pelajaran.
b.      Kelas kontrol
Tahap pelaksanaan di kelas control adalah sebagai berikut:
1.      Guru menyajikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, serta penggunaan media. Sedangkan siswa menggunakan buku pegangan.
2.      Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan guru dengan teman sebangkunya.
3.      Guru membimbing, mengawasi, dan membantu siswa selama kegiatan berlangsung.
4.      Guru melaksanakan pengecekan terhadap diskusi yang telah dilakukan siswa.
5.      Guru menutup pelajaran.
3)      Tahap akhir
Guru memberikan tes akhir pada kelas sampel setelah pokok bahasan hidrokarbon selesai. Tes yang diberikan berupa tes objektif. Siswa diberikan soal tes hasil belajar sebanyak 30 butir soal dan dikerjakan selama 2 jam pelajaran (2 x 45 menit).
F.     Teknik Analisis Data
      Untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian, dilakukan analisis data. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis induktif. Analisis deskriptif dilakukan untuk menentukan rata-rata dan simpangan baku kedua kelas sampel. Analisis induktif dilakukan untuk melihat apakah perbedaan dua rata-rata kelas sampel berarti, maka dilakukan uji t, untuk melakukan uji t harus dipenuhi syarat sebagai berikut:
1.      Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2.      Kedua kelas memiliki varians yang homogen.
Untuk itu, perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
a.       Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, digunakan uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Data dari X1, X2, X3,…........, Xn yang dari data terkecil hingga ke data terbesar.
2.      Data X1, X2, X3,…........, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,…........, Zn dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Xi = skor yang diperoleh siswa ke-i
X = skor rata-rata
S = simpangan baku
3.      Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian di hitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).
4.      Dengan menggunakan proporsi data dari X1, X2, X3,…........, Xn yang lebih kecil atau sama dengan Zn, jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi), maka:
5.      Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) yang kemudian ditentukan harga mutlaknya.
6.      Diambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut dan disebut Lo.
7.      Membandingkan nilai Lo dengan nilai kritis A, yang terdapat pada taraf nyata  = 0,05 kriteria terima hipotesis yaitu hipotesis terdistribusi normal jika Lo lebih kecil dari A, lain dari itu ditolak (Sudjana, 1996:466).
b.      Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya, dilakukan uji F dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.     Mencari varians masing-masing data, kemudian dihitung harga F dengan rumus :                                              
keterangan:
F   = varians kelompok data
S12= varians terbesar
                 S22  = varians terkecil
2.      Bandingkan harga F yang didapat dengan harga F dalam baftar distribusi F dengan taraf kepercayaan 5% dengan dk pembilang = n1 – 1 dan dk penyebut = n2 – 1. Jika harga F dalam daftar lebih kecil dari harga F hitung, maka kelompok data mempunyai varians yang homogen. Sebaliknya, jika harga F dalam daftar lebih besar dari F hitung, maka kedua kelompok data varians tidak homogen.
c.       Uji hipotesis
Untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak, dilakukan uji hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan, maka dilakukan uji satu pihak dengan hipotesis statistik : Ho jika µ1 = µ2 dan H1 jika µ1 > µ2. Dimana µ1 merupakan rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen dan µ2 merupakan rata-rata hasil belajar kimia kelas kontrol. Uji hipotesis dapat dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas terhadap kelas sampel. Hasil uji normalitas dan homogenitas menimbulkan beberapa kemungkinan, yaitu:
a)         Data terdistribusi normal dan dua kelompok data homogen, maka digunakan persamaan:
Dimana:
X1   : nilai rata-rata kelas eksperimen
X2    : nilai rata-rata kelas kontrol
S1    : standar deviasi kelas eksperimen
S2    : standar deviasi kelas control
S     : standar deviasi gabungan
n1     : jumlah siswa kelas eksperimen
n2    : jumlah siswa kelas kontrol
S dihitung dengan dengan menggunakan rumus berikut:
Kriteria pengujian yang digunakan adalah terima Ho jika t    dimana  didapatkan dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1-α) dan tolak Ho jika t    dimana  didapatkan dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1-α) pada taraf signifikan 0,05 (Sudjana, 1996:239).
b)         Data terdistribusi normal dan dua kelompok data tidak mempunyai varians homogen. Rumus yang digunakan adalah:
Kriteria pengujian sebagaimana yang dikemukakan Sudjana (1996:241) adalah sebagai berikut:
Dimana:
c)         Data terdistribusi tidak normal dan  data kedua kelompok tidak mempunyai varians yang homogeni. Uji yang digunakan adalah uji U
-
-
R1  = jumlah range pada kelompok siswa yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan LKS dan pemberian tes formatif (kuis).
R2 = jumlah range pada kelompok siswa yang diberikan pembelajaran tanpa menggunakan LKS dan pemberian tes formatif (kuis).























1 comment: